Jumat, 11 Maret 2022

UPS dan Cara Kerja UPS Pada Komputer

Penjelasaan Lengkap Fungsi Umum dan Cara Kerja UPS pada Komputer. Uninterruptible Power Supply atau yang sering disingkat dengan UPS merupakan perangkat elektronik di rumah yang sudah cukup familiar bagi kita.

Perangkat ini secara umum memiliki fungsi untuk menyediakan arus sementara yang dibutuhkan perangkat elektronik manakala terjadi pemutusan sumber arus sementara yang terjadi secara tiba-tiba. Misalnya di daerah yang sering terjadi pemadamana listrik, maka keberadaan UPS menjadi sebuah keharusan jika Anda ingin menjaga usia barang-barang elektronik Anda bisa lebih panjang usia.

Selain itu, keberadaan UPS juga menjadi alat untuk menstabilkan arus yang diterima oleh perangkat elektronik tersebut. Sumber arus yang masuk mungkin saja dalam keadaan tidak stabil, maka perangkat UPS tersebut yang akan membantu mengatur kestabilan arus listrik yang diterima oleh alat.

Perangkat computer di rumah semestinya diamankan dengan penggunaan UPS tersebut. Sehingga ketika tiba-tiba sumber arus terputus, semua data yang sedang diproses bisa diamankan lebih dulu baru kemudian dimatikan.


Sebelum mengetahui bagaimana cara kerja UPS pada computer, sebaiknya kita mengetahui lebih dulu apa saja perangkat UPS yang memiliki fungsi penting, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Baterai, perangkat baterai yang digunakan pada UPS biasanya merupakan jenis dari lead-acid ataupun jenis nikel-cadmium. Baterai ini memiliki fungsi sebagai cadangan listrik yang umumnya mampu bekerja selama 30 menit.
  2. Rectifier atau penyearah, perangkat ini berfungsi untuk merubah arus AC menjadi arus DC dari sumber arus utama. Hal ini digunakan pada saat proses pengisian baterai sebagai sumber arus cadangan.
  3. Inverter, memiliki fungsi sebaliknya dari rectifier, yakni merubah arus DC menjadi arus AC. Hal ini dibutuhkan untuk proses penyaluran arus dari baterai dari UPS ke perangkat computer.

UPS bekerja berdasar pada kepekaan tegangan. (RT) UPS akan mengalami penyimpangan jalur voltase (linevoltage) sebagai contoh, kenaikan tajam, kerendahan, serta gelombang dan juga penyimpangan yang disebabkan pemakaian bersama alat pembangkit sumber tenaga listrik yang murah harganya. Karena gagal, UPS tersebut akan berpindah pada operasi on-battery ataupun baterai hidup sebagai bentuk reaksi penyimpangan guna melindungi bebannya (load).

Pada penggunaan UPS pada komputer, terdapat beberapa jenis gangguan yang penting untuk Anda ketahui, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Noise, merupakan kondisi tegangan yang naik turun pada presentasi sedikit. Misalnya tegangan yang seharusnya 220V sedangkan tegangan yang terjadi antara 200 hingga 240 Volt maka hal tersebut masih masuk dalam kategori noise.
  2. Blackout, yakni kondisi dimana main power atau sumber arus PLN tidak bekerja sama sekali.
  3. Brownout, merupakan kondisi dimana terjadi kenaikan arus secara tiba-tiba dari kondisi rendah menjadi tinggi dengan cara yang cukup cepat. Kondisi ini biasanya terjadi apabila ada penggunaan beban berat yang dilakukan secara bersamaan misalnya menyalakan setrika atau mesin cuci. Bisa ditandai dengan kondisi nyala lampu di ruangan yang biasanya sedikit berkedip.

Jadi secara umum, cara kerja UPS pada computer adalah, perangkat rectifier yang dihubungkan dengan sumber arus utama akan merubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC), hal ini digunakan untuk pengisian sumber arus baterai yang dimiliki oleh UPS. Baru kemudian setelah tiba-tiba sumber arus mati, arus DC pada baterai akan dirubah oleh perangkat inverter menjadi arus AC yang selanjutkan disalurkan ke computer. Untuk keamanan komputer PC di rumah Anda, sebaiknya memilih perangkat UPS dengan kualitas terbaik dengan harga yang terjangkau

Senin, 07 Maret 2022

Sensor Gerak

Seputar Sensor Gerak 

Sensor gerak – Mudahnya akses informasi serta tersedianya infrastruktur teknologi menjadikan dunia teknologi berkembang sangat cepat.

Hal tersebut dapat dilihat pada hadirnya produk-produk dengan teknologi baru yang semakin variatif. 

Bahkan tidak sedikit dari produk-produk berbasis teknologi yang bersifat hybrid yakni dapat diaplikasikan untuk berbagai tujuan atau dapat menjalankan beberapa fungsi dalam satu perangkat.

Salah satu produk berbasis teknologi yang dapat diaplikasikan pada berbagai bidang dan keperluan adalah teknologi sensor gerak atau Motion Sensor.

Sensor Gerak

pengertian sensor gerak
Sensor gerak via pixabay.com

Sensor Gerak adalah sebuah alat deteksi yang bekerja dengan cara melakukan pendeteksian terhadap gerak benda yang ada dalam jangkauannya yang umumnya dikhususkan untuk mendeteksi manusia.

Penggunaan detektor gerak ini dapat diaplikasikan pada berbagai macam kondisi dan keperluan seperti keamanan, pengontrolan perangkat, efisiensi energi, dll.

Dalam penggunaannya, penggunaan alat ini umumnya diintegrasikan dengan perangkat pendukung lainnya dalam sebuah sistem.

Jenis-Jenis Sensor Gerak

aneka ragam sensor pendeteksi gerak
Jenis-jenis sensor gerak via pixabay.com

Meskipun terlihat sangat modern dan berteknologi tinggi, Pada dasarnya tidak sulit untuk didapatkan baik di toko elektronik maupun di toko-toko online.

Dipasaran sendiri terdapat beragam jenis detektor untuk kebutuhan deteksi gerak dengan sistem kerja yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan pengguna. Berikut beberapa jenis detektor gerak yang ada di pasaran.

1. Active Infrared Sensor

Jenis sensor deteksi gerak yang pertama adalah Active Infrared Sensor. Perangkat detektor yang satu ini bekerja secara aktif dengan memancarkan gelombang infra merah yang dihubungkan dengan detektor cahaya.

Perangkat akan mendeteksi adanya pergerakan jika detektor cahaya menangkap adanya perubahan pada cahaya inframerah yang dipancarkan dan selanjutnya diteruskan ke sistem untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan seperti membunyikan alarm, menyalakan lampu, mengunci otomatis, dll.

2. Passive Infrared Sensor

Passive Infrared Sensor atau yang disingkat PIR adalah kebalikan dari Aktif Infrared Sensor meskipun keduanya bekerja berdasarkan pancaran radiasi inframerah. 

Jenis sensor yang satu ini bekerja dengan pasif yakni tidak memancarkan radiasi melainkan hanya menerima pancaran radiasi dari suatu objek dalam jangkauan sensor.

Setiap perubahan tingkat radiasi yang diterima oleh sensor akan dikirimkan ke sistem sebagai sebuah pergerakan.

3. Active Ultrasonik Sensor

Sensor ultrasonik menggunakan suara sebagai media deteksi gerak. Untuk sensor aktif, sensor akan memancarkan suara ultrasonik pada gelombang tertentu secara konstan.

Gelombang tersebut akan mengalami gangguan jika terdapat gelombang suara lain yang dihasilkan dari adanya pergerakan di area tangkapan sensor.

Adanya gangguan tersebut akan dianggap sebagai sebuah gerakan sehingga perangkat akan mengirim sinyal pergerakan tersebut ke sistem.

4. Passive Ultrasonic Sensor

Sensor ultrasonik pasif bekerja dengan menangkap adanya gelombang suara di area cakupan sensor.

Setiap gelombang suara yang terdeteksi akan dianggap sebagai sebuah gerakan yang kemudian akan diteruskan ke sistem.

Manfaat Sensor Gerak

sensor gerak
Manfaat sensor gerak via pixabay.com

Berikut beberapa manfaat sensor deteksi gerak yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di rumah baik untuk kebutuhan keamanan rumah ataupun kebutuhan lainnya.

Sensor Gerak Sebagai Alarm

Penggunaan sensor gerak sebagai alarm adalah hal yang paling umum dilakukan saat ini.

Sifatnya yang sensitif terhadap objek yang bergerak serta dapat bekerja selama 24 jam nonstop menjadikan teknologi yang satu ini sering diikutkan dalam perancangan sistem keamanan rumah.

Penambahan sensor yang dapat melakukan deteksi setiap gerak pada sistem keamanan rumah akan meningkatkan rate keamanan rumah anda. Sensor ini dapat mendeteksi setiap gerakan dalam wilayah pemantauan kamera atau sensor.

Untuk penggunaan pribadi, pengaplikasian perangkat ini biasanya akan diintegrasikan dengan perangkat pemilik seperti smartphone atau komputer sehingga setiap tangkapan sensor dapat segera diinformasikan ke sang pemilik.

Sensor sebagai Trigger Perangkat

Selain sebagai alarm, penggunaan sensor juga umumnya digunakan sebagai trigger atau pemicu aktifnya suatu perangkat yang telah terhubung dengan sensor dalam sebuah rancangan sistem.

Penggunaan sensor deteksi gerak dalam menyalakan atau mengaktifkan perangkat biasanya ditujukan untuk penghematan penggunaan energy. 

Salah satu contohnya penggunaan perangkat detektor gerak ini adalah dalam mengaktifkan lampu di rumah. 

Apabila rumah dalam keadaan kosong atau tidak ada pergerakan dalam waktu tertentu maka lampu akan dipadamkan secara otomatis. Begitupun sebaliknya apabila perangkat menangkap adanya pergerakan maka lampu akan dihidupkan dengan otomatis.

Dengan begitu, penggunaan energi dapat dihemat dengan menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan energi di rumah.



sumber : https://www.toriolo.com/sensor-gerak/

Kamis, 24 Februari 2022

Alat Pengamanan Rumah

 Macam Alat Pengamanan Rumah 





 

Foto: Rumah123/iStock

Pergi jauh dari rumah, tapi gak bisa tidur memikirkannya terus? Ini artinya kamu harus benar-benar yakin rumah dalam kondisi aman.

Mungkin kamu sudah tahu CCTV. Alat ini memonitor keamanan rumah. Kalau alat pengamanan yang lainnya? Masih ada lho berbagai alat pengamanan yang lain untuk memonitor keamanan rumah. Simak yang berikut ini:

x

Pertama, Peringatan lewat Foto (3G Wireless Camera Alarm)

Alat ini berfungsi untuk menjaga rumah dari maling atau tamu tak diinginkan lainnya. Sensor akan mendeteksi apabila ada seseorang masuk ke dalam rumah tanpa izin.

 

 

Sistem alarm ini akan mengirim sinyal untuk kamera 3G. Kamera akan aktif untuk mengambil gambar kemudian mengirimkan pesan singkat ke ponsel kamu sebagai pemilik yang telah didaftarkan.

Kedua, Peringatan dari Getaran Kaca (Glass Break Alarm)

Alat ini berfungsi untuk mencegah masuknya maling ke dalam rumah. Dapat dipasang pada kaca jendela atau pintu yang terbuat dari kaca. Alarm ini akan berbunyi kalau ada getaran di sekitar jendela kaca.

Ketiga, Sensor Pintu (Door Sensor)

Alat yang dipasang pada pintu ini akan mendeteksi jika ada upaya pembukaan pintu rumah secara paksa. Setelah alat ini diaktifkan, alarm akan berbunyi apabila ada upaya paksa tersebut.

Keempat, Tabung Pemadam Kebakaran

Tabung ini berfungsi untuk memproteksi rumah dari kebakaran. Kamu dapat meletakkan tabung ini pada beberapa titik strategis di dalam rumah. Misalnya, di dapur atau kamar tidur. Tabung pemadam kebakaran ini memiliki tanggal kedaluarsa, jangan lupa untuk memeriksanya agar dapat digunakan saat dibutuhkan.

Baca dan pelajari bagaimana cara penggunaannya. Apabila tabung sudah digunakan, segera isi ulang untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran. Jangan lupa untuk memeriksa berapa jarak aman pada alat pemadam kebakaran, karena tiap alat memiliki jarak aman yang berbeda-beda.

Kelima, Pendeteksi Banjir (Liquid Detector)

Alat ini sangat berguna di musim penghujan. Dia akan membantu memberitahu kamu jika terjadi kebocoran air di rumah termasuk mendeteksi jika terjadi banjir yang masuk ke rumah.

Keenam, Pendeteksi Gempa Bumi (Earthquake Detector)

Alat ini bisa mendeteksi terjadinya gempa bumi dan memberikan alarm peringatan apabila terjadi gempa.

Ketujuh, Pendeteksi Gas (Gas Detector)

Alat ini memberi bunyi alarm sebagai peringatan dan mengirimkan SMS kepada pemilik rumah bila terjadi kebocoran gas.

 


Rabu, 16 Februari 2022

 

Pengertian PWM

(Pulse Width Modulation atau Modulasi Lebar Pulsa)

 

Pengertian PWM (Pulse Width Modulation atau Modulasi Lebar Pulsa) – Rangkaian-rangkaian seperti Inverter, Konverter, Switch mode power supply (SMPS) dan Pengontrol kecepatan (Speed Controller) adalah rangkaian-rangkaian memiliki banyak sakelar elektronik di dalamnya. Sakelar-sakelar elektronik yang digunakan pada rangkaian tersebut umumnya adalah komponen elektronik daya seperti MOSFET, IGBT, TRIAC dan lain-lainnya. Untuk mengendalikan sakelar elektronik daya semacam ini, kita biasanya menggunakan sesuatu yang disebut sinyal PWM (Pulse Width Modulation). Selain itu, sinyal PWM juga sering digunakan untuk mengendarai motor Servo dan juga digunakan untuk melakukan tugas-tugas sederhana lainnya seperti mengendalikan kecerahan LED.

Pengertian PWM (Pulse Width Modulation)

PWM adalah kepanjangan dari Pulse Width Modulation atau dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi Modulasi Lebar Pulsa. Jadi pada dasarnya, PWM adalah suatu teknik modulasi yang mengubah lebar pulsa (pulse width) dengan nilai frekuensi dan amplitudo yang tetap. PWM dapat dianggap sebagai kebalikan dari ADC (Analog to Digital Converter) yang mengkonversi sinyal Analog ke Digital, PWM atau Pulse Width Modulation ini digunakan menghasilkan sinyal analog dari perangkat Digital (contohnya dari Mikrokontroller).

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan PWM atau Pulse Width Modulation ini. Kita coba melihat contoh dari sinyal yang dihasilkan oleh Mikrokontroler atau IC 555. Sinyal yang dihasilkan oleh Mikrokontrol atau IC555 ini adalah sinyal pulsa yang umumnya berbentuk gelombang segiempat. Gelombang yang dihasilkan ini akan tinggi atau rendah pada waktu tertentu. Misalnya gelombang tinggi di 5V dan paling rendah di 0V. Durasi atau lamanya waktu dimana sinyal tetap berada di posisi tinggi disebut dengan “ON Time” atau “Waktu ON” sedangkan sinyal tetap berada di posisi rendah atau 0V disebut dengan “OFF Time” atau “Waktu OFF”. Untuk sinyal PWM, kita perlu melihat dua parameter penting yang terkait dengannya yaitu Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle) dan Frekuensi PWM (PWM Frequency).

Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle)

Seperti yang disebutkan diatas, Sinyal PWM akan tetap ON untuk waktu tertentu dan kemudian terhenti atau OFF selama sisa periodenya. Yang membuat PWM ini istimewa dan lebih bermanfaat adalah kita dapat menetapkan berapa lama kondisi ON harus bertahan dengan cara mengendalikan siklus kerja atau Duty Cycle PWM.

Persentase waktu di mana sinyal PWM tetap pada kondisi TINGGI (ON Time) disebut dengan “siklus kerja” atau “Duty Cycle”. Kondisi yang sinyalnya selalu dalam kondisi ON disebut sebagai 100% Duty Cycle (Siklus Kerja 100%), sedangkan kondisi yang sinyalnya selalu dalam kondisi OFF (mati) disebut dengan 0% Duty Cycle (Siklus Kerja 0%).

Rumus untuk menghitung siklus kerja atau duty cycle dapat ditunjukkan seperti persamaan di bawah ini.

Duty Cycle = tON / (tON + tOFF)

Atau

Duty Cycle = tON / ttotal

Dimana :

  • tON = Waktu ON atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (high atau 1)
  • tOFF = Waktu OFF atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (low atau 0)
  • ttotal = Waktu satu siklus atau penjumlahan antara tON dengan tOFF atau disebut juga dengan “periode satu gelombang”

Siklus Kerja = Waktu ON / (Waktu ON + Waktu OFF)

Gambar berikut ini mewakili sinyal PWM dengan siklus kerja 60%. Seperti yang kita lihat, dengan mempertimbangkan seluruh periode waktu (ON time + OFF time), sinyal PWM hanya ON untuk 60% dari suatu periode waktu.



Frekuensi PWM (PWM Frequency)

Frekuensi sinyal PWM menentukan seberapa cepat PWM menyelesaikan satu periode. Satu Periode adalah waktu ON dan OFF penuh dari sinyal PWM seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas.

Berikut ini adalah Rumus untuk menghitung Frekuensi :

Frequency = 1 / Time Period

Keterangan : Time Periode atau Periode Waktu = Waktu ON + Waktu OFF

Biasanya sinyal PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroler akan sekitar 500 Hz, frekuensi tinggi tersebut akan digunakan dalam perangkat switching yang  berkecepatan tinggi seperti inverter atau konverter. Namun tidak semua aplikasi membutuhkan frekuensi tinggi. Sebagai contoh, untuk mengendalikan motor servo kita hanya perlu menghasilkan sinyal PWM dengan frekuensi 50Hz, frekuensi sinyal PWM ini juga dapat dikendalikan oleh program untuk semua mikrokontroler.

Perbedaan antara Siklus Kerja (Duty Cycle) dengan Frekuensi sinyal PWM

Siklus kerja dan frekuensi sinyal PWM sering membingungkan. Seperti yang kita ketahui bahwa sinyal PWM adalah gelombang persegi dengan waktu ON dan waktu OFF. Jumlah dari Waktu ON (ON-Time) dan Waktu OFF (OFF-Time) ini disebut sebagai satu periode waktu. Kebalikan dari satu periode waktu disebut frekuensi. Sementara jumlah waktu sinyal PWM harus tetap dalam satu periode waktu ditentukan oleh siklus kerjaPWM.

Sederhananya, seberapa cepat sinyal PWM harus dihidupkan (ON) dan dimatikan (OFF) ditentukan oleh frekuensi sinyal PWM dan kecepatan berapa lama sinyal PWM harus tetap ON (hidup) ditentukan oleh siklus kerja sinyal PWM.

Bagaimana cara menghitung tegangan output sinyal PWM?

Tegangan output sinyal PWM yang telah diubah menjadi analog akan menjadi persentase dari siklus kerja (Duty Cycle). Misalnya jika tegangan operasi 5V maka sinyal PWM juga akan memiliki 5V ketika tinggi. Apabila Duty Cycle atau siklus kerja adalah 100%, maka tegangan output akan menjadi 5V. Sedangkan untuk siklus kerja 50% akan menjadi 2.5V. Demikian juga apabila siklus kerja 60% maka Tegangan Output analognya akan menjadi 3V.

Rumus perhitungan tegangan output sinyal PWM ini dapat dilihat seperti persamaan dibawah ini :

Vout = Duty Cycle x Vin

 

Contoh Kasus Perhitungan PWM :

Desain PWM dengan siklus kerja 60% dengan frekuensi 50Hz dan Tegangan Input 5V.

Penyelesaiannya :

Diketahui :

Duty Cycle : 60%
Frequency : 50Hz
Vin : 5V

Mencari Time Period atau Periode Waktu :

Time Period = 1 / 50Hz
Time Period = 0,02 detik atau 20 milidetik

Mencari Waktu ON (ON-Time) dengan siklus kerja 60% (0,6)

Duty Cycle = tON / (tON + tOFF)
0,6 = t
ON / (tON + tOFF)
0,6 = t
ON / 20 milidetik
t
ON = 0,6 x 20 milidetik
t
ON = 12 milidetik

Mencari Waktu OFF (OFF-Time)
t
OFF = ttotal – tON
tOFF = 20 – 12
t
OFF = 8 milidetik

Mencari Tegangan Output

Vout = Duty Cycle x Vin
Vout = 60% x 5V
V
out = 3V

Hasil dari Perhitungan diatas dapat digambarkan menjadi seperti grafik dibawah ini :



sumber: 

https://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2019/04/Contoh-Kasus-Pulse-Width-Modulation-PWM.png?x26526


Pengertian ADC

(Analog to Digital Converter) 

dan Cara Kerja ADC

 

Pengertian ADC (Analog to Digital Converter) dan Cara Kerja ADC – Analog to Digital Converter atau sering disingkat dengan ADC adalah rangkaian yang mengubah nilai tegangan kontinu (analog) menjadi nilai biner (digital) yang dapat dimengerti oleh perangkat digital sehingga dapat digunakan untuk komputasi digital. Dengan kata lain, Analog to Digital Converter atau Konverter Analog ke Digital ini memungkinkan rangkaian Digital berinteraksi dengan dunia nyata dengan menyandikan sinyal Analog ke sinyal Digital yang berbentuk Biner. Rangkaian ADC ini pada umumnya dikemas dalam bentuk IC dan diintegrasikan dengan Mikrokontroler.

Di dunia nyata, sinyal Analog yang berasal dari berbagai sumber dan sensor yang mengukur suara cahaya, gerakan dan suhu akan terus berubah nilai (kontinu) sehingga memberikan nilai yang berbeda dalam jumlah yang tak terbatas. Sedangkan rangkaian Digital di sisi lain bekerja dengan sinyal Biner yang hanya memiliki dua kondisi diskrit yaitu logika 0 (rendah) dan logika 1 (tinggi). Oleh karena itu, diperlukan sebuah rangkaian elektronika yang dapat mengubah dua domain yang berbeda dari sinyal analog yang kontinu menjadi sinyal digital yang diskrit. Rangkaian inilah yang kita sebut dengan Analog to Digital Converter (ADC) atau Konverter Analog ke Digital, Perangkat yang menjadi perantara untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal Digital agar dimengerti oleh mikrokontroler dan mikroprosesor.

P

Cara Kerja ADC (Analog to Digital Converter)

Jenis sinyal Analog dalam kehidupan kita sehari-hari dapat berupa suara, cahaya, suhu maupun gerakan. Sedangkan sinyal digital diwakili oleh urutan nilai diskrit di mana sinyal dipecah menjadi urutan yang bergantung pada deret waktu atau laju pengambilan sampel.

Urutan proses ADC dalam mengubah sinyal Analog menjadi sinyal Digital adalah mengambil sampel sinyal analog, mengukur dan mengubahnya menjadi nilai Digital yang berbentuk nilai Biner. Dengan demikian, ADC mengubah sinyal analog yang diterimanya menjadi data keluaran (output) yang berbentuk serangkaian nilai digital.

Ada dua faktor utama dalam ADC yang menjadi penentu keakuratan nilai digital yang dihasilkannya. Kedua faktor tersebut adalah Resolusi dan Sample Rate.

1. Resolusi

Sebagai contoh, apabila sinyal 1V diubah menjadi sinyal Digital dengan menggunakan ADC 3 bit, maka akan menghasilkan 8 tingkatan pembagian (23 = 8 atau dalam biner adalah 111). Dengan kata lain, terdapat 8 tingkatan untuk mencapai output 1V. Masing-masing satu tingkatan adalah 0,125V (1/8 = 0,125V). Jadi perubahan minimum dari ADC 3 bit untuk 1V ini adalah 0,125V atau 125mV setiap tingkatan.

Apabila kita menaikan Bit Rate yang lebih tinggi, maka akan mendapatkan hasil sinyal yang lebih presisi dan baik. Contoh, apabila 1V dikonversikan dengan Resolusi ADC yang menggunakan 6 bit maka setiap tingkatannya akan menjadi 0.0156V atau sekitar 15,6mV.

Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar dibawah ini :



2. Kecepatan Sampel (Sample Speed atau Sample Rate)

Jumlah sampel konversi dari analog ke digital yang dapat dibuat oleh konverter dalam setiap detik disebut dengan Kecepatan Sampel (Sample Speed atau Sample Rate). Sample Speed ini diukur dalam satuan S/s (Sample per Detik) atau SPS (Sample per Second).  Misalnya ADC yang bagus dapat memiliki sample rate atau rasio pengambilan sample hingga 300Ms/s (bisa dibaca menjadi 300 juta sampel per detik).

 

sumber : https://teknikelektronika.com/pengertian-adc-analog-to-digital-converter-cara-kerja-adc/

Jumat, 21 Januari 2022

Cara membuat hiden angka nol pada rumus Excel

 Hai Sahabat.............

difada blog kali ini membahas tentang materi excel. Bagaimana cara membuat tampilan excel kita rapi dengan rumus yang ada dan angka 0 tidak kelihatan. sangat mudah kalau sudah tahu.
Ikuti caranya dibawah ini
pertama kita membuat tabel pada lembar excel

Mengisi lembar excel yang kita buat dan memasukkan rumus yang diinginkan


Untuk menghilangkan/Hidden angka 0 disisa langkahnya sebagai
1. Blok bagian yang akan di hidden
2. Klik kanan pilih format cell



Pilih custem, number

pada bagian type tuliskan 0;0;
klik OK. 
selesai.
untuk lebih jelasnya silahkan masuk ke video berikut:


https://youtu.be/iqQaW6q6T-E


  

Selasa, 03 Agustus 2021

TRANSDUER

Pengertian Transducer dan Jenis-jenisnya

Pengertian Transducer dan Jenis-jenis Transduser

Pengertian Transducer (Transduser) dan Jenis-jenisnya – Transducer (Transduser) adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Bentuk-bentuk energi tersebut diantaranya seperti Energi Listrik, Energi Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan Energi Panas. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi ke energi lainnya dapat disebut sebagai Transduser (Transducer).


Jenis-jenis Transducer


Berdasarkan Fungsinya, Transduser terbagi menjadi 2 jenis yaitu Transduser Input dan Transder Output. Hampir semua perangkat Elektronika terdapat kedua jenis Transduser tersebut. Berikut ini adalah Blok Diagram sederhana dari Transduser Input ke Transduser Output.

Blok Diagram Transducer

Transduser Input (Input Transducer)

Transduser Input merupakan Transduser yang dapat mengubah energi fisik (physical energy) menjadi sinyal listrik ataupun Resistansi (yang kemudian juga dikonversikan ke tegangan atau sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat berbentuk Cahaya, Tekanan, Suhu maupun gelombang suara. Seperti contohnya Mikropon (Microphone), Mikropon dapat mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel listrik. Transduser Input sering disebut juga dengan Sensor.

Berikut ini beberapa Komponen Elektronika ataupun perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai Transduser Input.

– LDR (Light Dependent Resistor) mengubah Cahaya menjadi Resistansi (Hambatan)
– Thermistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi Resistansi (Hambatan)
– Variable Resistor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi Resistansi (Hambatan)
– Mikropon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik

Transduser Output (Output Transducer)

Transduser Output merupakan Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi bentuk energi fisik (Physical Energy). Seperti contohnya Loudspeaker, Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara yang dapat di dengar oleh manusia. Transduser Output sering disebut juga dengan istilah Actuator.

Beberapa Komponen Elektronika atau Perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai Transduser Output diantaranya adalah sebagai berikut :

– LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
– Lampu mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
– Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion)
– Heater mengubah listrik menjadi Panas
– Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara

Penggabungan Transduser Input dan Output

Banyak Perangkat Elektronika yang kita pergunakan saat ini adalah gabungan dari Transduser Input dan Transduser Output. Dalam Perangkat Elektronika yang dimaksud ini terdiri dari Sensor (Transduser Input) dan Actuator (Transduser Output) yang mengubah suatu bentuk Energi menjadi bentuk energi lainnya dan kemudian mengubahnya lagi menjadi bentuk energi yang lain. Seperti contohnya Pengukur Suhu Badan (Termometer) yang mengkonversikan atau mengubah suhu badan kita menjadi sinyal listrik (Transduser input = Sensor Suhu) kemudian diproses oleh Rangkaian Elektronika tertentu menjadi Angka atau Display yang dapat dibaca oleh kita (Transduser Output = Display).

Aplikasi Transduser

Berdasarkan Aplikasinya, Transduser dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :

  1. Transducer Electromagnetic, seperti Antenna, Tape Head/Disk Head, Magnetic Cartridge.
  2. Transducer Electrochemical, seperti Hydrogen Sensor, pH Probes.
  3. Transducer Electromechanical, seperti Rotary Motor, Potensiometer, Air flow sensor, Load cell.
  4. Transducer Electroacoustic, seperti Loadspeaker, Earphone, Microphone, Ultrasonic Transceiver.
  5. Transducer Electro-optical, seperti Lampu LED, Dioda Laser, Lampu Pijar, Tabung CRT.
  6. Transducer Thermoelectric, seperti komponen NTC dan PTC, Thermocouple.

sumber : https://teknikelektronika.com/pengertian-transducer-jenis-jenis-transduser/

SEKOLAH KEDINASAN

Pengertian Sekolah Kedinasan Hal pertama yang perlu kamu ketahui bahwa sekolah kedinasan, sekolah ikatan dinas, dan perguruan tinggi kedinas...