Tampilkan postingan dengan label PRE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PRE. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 Februari 2022

Alat Pengamanan Rumah

 Macam Alat Pengamanan Rumah 





 

Foto: Rumah123/iStock

Pergi jauh dari rumah, tapi gak bisa tidur memikirkannya terus? Ini artinya kamu harus benar-benar yakin rumah dalam kondisi aman.

Mungkin kamu sudah tahu CCTV. Alat ini memonitor keamanan rumah. Kalau alat pengamanan yang lainnya? Masih ada lho berbagai alat pengamanan yang lain untuk memonitor keamanan rumah. Simak yang berikut ini:

x

Pertama, Peringatan lewat Foto (3G Wireless Camera Alarm)

Alat ini berfungsi untuk menjaga rumah dari maling atau tamu tak diinginkan lainnya. Sensor akan mendeteksi apabila ada seseorang masuk ke dalam rumah tanpa izin.

 

 

Sistem alarm ini akan mengirim sinyal untuk kamera 3G. Kamera akan aktif untuk mengambil gambar kemudian mengirimkan pesan singkat ke ponsel kamu sebagai pemilik yang telah didaftarkan.

Kedua, Peringatan dari Getaran Kaca (Glass Break Alarm)

Alat ini berfungsi untuk mencegah masuknya maling ke dalam rumah. Dapat dipasang pada kaca jendela atau pintu yang terbuat dari kaca. Alarm ini akan berbunyi kalau ada getaran di sekitar jendela kaca.

Ketiga, Sensor Pintu (Door Sensor)

Alat yang dipasang pada pintu ini akan mendeteksi jika ada upaya pembukaan pintu rumah secara paksa. Setelah alat ini diaktifkan, alarm akan berbunyi apabila ada upaya paksa tersebut.

Keempat, Tabung Pemadam Kebakaran

Tabung ini berfungsi untuk memproteksi rumah dari kebakaran. Kamu dapat meletakkan tabung ini pada beberapa titik strategis di dalam rumah. Misalnya, di dapur atau kamar tidur. Tabung pemadam kebakaran ini memiliki tanggal kedaluarsa, jangan lupa untuk memeriksanya agar dapat digunakan saat dibutuhkan.

Baca dan pelajari bagaimana cara penggunaannya. Apabila tabung sudah digunakan, segera isi ulang untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran. Jangan lupa untuk memeriksa berapa jarak aman pada alat pemadam kebakaran, karena tiap alat memiliki jarak aman yang berbeda-beda.

Kelima, Pendeteksi Banjir (Liquid Detector)

Alat ini sangat berguna di musim penghujan. Dia akan membantu memberitahu kamu jika terjadi kebocoran air di rumah termasuk mendeteksi jika terjadi banjir yang masuk ke rumah.

Keenam, Pendeteksi Gempa Bumi (Earthquake Detector)

Alat ini bisa mendeteksi terjadinya gempa bumi dan memberikan alarm peringatan apabila terjadi gempa.

Ketujuh, Pendeteksi Gas (Gas Detector)

Alat ini memberi bunyi alarm sebagai peringatan dan mengirimkan SMS kepada pemilik rumah bila terjadi kebocoran gas.

 


Rabu, 16 Februari 2022

 

Pengertian PWM

(Pulse Width Modulation atau Modulasi Lebar Pulsa)

 

Pengertian PWM (Pulse Width Modulation atau Modulasi Lebar Pulsa) – Rangkaian-rangkaian seperti Inverter, Konverter, Switch mode power supply (SMPS) dan Pengontrol kecepatan (Speed Controller) adalah rangkaian-rangkaian memiliki banyak sakelar elektronik di dalamnya. Sakelar-sakelar elektronik yang digunakan pada rangkaian tersebut umumnya adalah komponen elektronik daya seperti MOSFET, IGBT, TRIAC dan lain-lainnya. Untuk mengendalikan sakelar elektronik daya semacam ini, kita biasanya menggunakan sesuatu yang disebut sinyal PWM (Pulse Width Modulation). Selain itu, sinyal PWM juga sering digunakan untuk mengendarai motor Servo dan juga digunakan untuk melakukan tugas-tugas sederhana lainnya seperti mengendalikan kecerahan LED.

Pengertian PWM (Pulse Width Modulation)

PWM adalah kepanjangan dari Pulse Width Modulation atau dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi Modulasi Lebar Pulsa. Jadi pada dasarnya, PWM adalah suatu teknik modulasi yang mengubah lebar pulsa (pulse width) dengan nilai frekuensi dan amplitudo yang tetap. PWM dapat dianggap sebagai kebalikan dari ADC (Analog to Digital Converter) yang mengkonversi sinyal Analog ke Digital, PWM atau Pulse Width Modulation ini digunakan menghasilkan sinyal analog dari perangkat Digital (contohnya dari Mikrokontroller).

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan PWM atau Pulse Width Modulation ini. Kita coba melihat contoh dari sinyal yang dihasilkan oleh Mikrokontroler atau IC 555. Sinyal yang dihasilkan oleh Mikrokontrol atau IC555 ini adalah sinyal pulsa yang umumnya berbentuk gelombang segiempat. Gelombang yang dihasilkan ini akan tinggi atau rendah pada waktu tertentu. Misalnya gelombang tinggi di 5V dan paling rendah di 0V. Durasi atau lamanya waktu dimana sinyal tetap berada di posisi tinggi disebut dengan “ON Time” atau “Waktu ON” sedangkan sinyal tetap berada di posisi rendah atau 0V disebut dengan “OFF Time” atau “Waktu OFF”. Untuk sinyal PWM, kita perlu melihat dua parameter penting yang terkait dengannya yaitu Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle) dan Frekuensi PWM (PWM Frequency).

Siklus Kerja PWM (PWM Duty Cycle)

Seperti yang disebutkan diatas, Sinyal PWM akan tetap ON untuk waktu tertentu dan kemudian terhenti atau OFF selama sisa periodenya. Yang membuat PWM ini istimewa dan lebih bermanfaat adalah kita dapat menetapkan berapa lama kondisi ON harus bertahan dengan cara mengendalikan siklus kerja atau Duty Cycle PWM.

Persentase waktu di mana sinyal PWM tetap pada kondisi TINGGI (ON Time) disebut dengan “siklus kerja” atau “Duty Cycle”. Kondisi yang sinyalnya selalu dalam kondisi ON disebut sebagai 100% Duty Cycle (Siklus Kerja 100%), sedangkan kondisi yang sinyalnya selalu dalam kondisi OFF (mati) disebut dengan 0% Duty Cycle (Siklus Kerja 0%).

Rumus untuk menghitung siklus kerja atau duty cycle dapat ditunjukkan seperti persamaan di bawah ini.

Duty Cycle = tON / (tON + tOFF)

Atau

Duty Cycle = tON / ttotal

Dimana :

  • tON = Waktu ON atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi tinggi (high atau 1)
  • tOFF = Waktu OFF atau Waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi rendah (low atau 0)
  • ttotal = Waktu satu siklus atau penjumlahan antara tON dengan tOFF atau disebut juga dengan “periode satu gelombang”

Siklus Kerja = Waktu ON / (Waktu ON + Waktu OFF)

Gambar berikut ini mewakili sinyal PWM dengan siklus kerja 60%. Seperti yang kita lihat, dengan mempertimbangkan seluruh periode waktu (ON time + OFF time), sinyal PWM hanya ON untuk 60% dari suatu periode waktu.



Frekuensi PWM (PWM Frequency)

Frekuensi sinyal PWM menentukan seberapa cepat PWM menyelesaikan satu periode. Satu Periode adalah waktu ON dan OFF penuh dari sinyal PWM seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas.

Berikut ini adalah Rumus untuk menghitung Frekuensi :

Frequency = 1 / Time Period

Keterangan : Time Periode atau Periode Waktu = Waktu ON + Waktu OFF

Biasanya sinyal PWM yang dihasilkan oleh mikrokontroler akan sekitar 500 Hz, frekuensi tinggi tersebut akan digunakan dalam perangkat switching yang  berkecepatan tinggi seperti inverter atau konverter. Namun tidak semua aplikasi membutuhkan frekuensi tinggi. Sebagai contoh, untuk mengendalikan motor servo kita hanya perlu menghasilkan sinyal PWM dengan frekuensi 50Hz, frekuensi sinyal PWM ini juga dapat dikendalikan oleh program untuk semua mikrokontroler.

Perbedaan antara Siklus Kerja (Duty Cycle) dengan Frekuensi sinyal PWM

Siklus kerja dan frekuensi sinyal PWM sering membingungkan. Seperti yang kita ketahui bahwa sinyal PWM adalah gelombang persegi dengan waktu ON dan waktu OFF. Jumlah dari Waktu ON (ON-Time) dan Waktu OFF (OFF-Time) ini disebut sebagai satu periode waktu. Kebalikan dari satu periode waktu disebut frekuensi. Sementara jumlah waktu sinyal PWM harus tetap dalam satu periode waktu ditentukan oleh siklus kerjaPWM.

Sederhananya, seberapa cepat sinyal PWM harus dihidupkan (ON) dan dimatikan (OFF) ditentukan oleh frekuensi sinyal PWM dan kecepatan berapa lama sinyal PWM harus tetap ON (hidup) ditentukan oleh siklus kerja sinyal PWM.

Bagaimana cara menghitung tegangan output sinyal PWM?

Tegangan output sinyal PWM yang telah diubah menjadi analog akan menjadi persentase dari siklus kerja (Duty Cycle). Misalnya jika tegangan operasi 5V maka sinyal PWM juga akan memiliki 5V ketika tinggi. Apabila Duty Cycle atau siklus kerja adalah 100%, maka tegangan output akan menjadi 5V. Sedangkan untuk siklus kerja 50% akan menjadi 2.5V. Demikian juga apabila siklus kerja 60% maka Tegangan Output analognya akan menjadi 3V.

Rumus perhitungan tegangan output sinyal PWM ini dapat dilihat seperti persamaan dibawah ini :

Vout = Duty Cycle x Vin

 

Contoh Kasus Perhitungan PWM :

Desain PWM dengan siklus kerja 60% dengan frekuensi 50Hz dan Tegangan Input 5V.

Penyelesaiannya :

Diketahui :

Duty Cycle : 60%
Frequency : 50Hz
Vin : 5V

Mencari Time Period atau Periode Waktu :

Time Period = 1 / 50Hz
Time Period = 0,02 detik atau 20 milidetik

Mencari Waktu ON (ON-Time) dengan siklus kerja 60% (0,6)

Duty Cycle = tON / (tON + tOFF)
0,6 = t
ON / (tON + tOFF)
0,6 = t
ON / 20 milidetik
t
ON = 0,6 x 20 milidetik
t
ON = 12 milidetik

Mencari Waktu OFF (OFF-Time)
t
OFF = ttotal – tON
tOFF = 20 – 12
t
OFF = 8 milidetik

Mencari Tegangan Output

Vout = Duty Cycle x Vin
Vout = 60% x 5V
V
out = 3V

Hasil dari Perhitungan diatas dapat digambarkan menjadi seperti grafik dibawah ini :



sumber: 

https://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2019/04/Contoh-Kasus-Pulse-Width-Modulation-PWM.png?x26526


Pengertian ADC

(Analog to Digital Converter) 

dan Cara Kerja ADC

 

Pengertian ADC (Analog to Digital Converter) dan Cara Kerja ADC – Analog to Digital Converter atau sering disingkat dengan ADC adalah rangkaian yang mengubah nilai tegangan kontinu (analog) menjadi nilai biner (digital) yang dapat dimengerti oleh perangkat digital sehingga dapat digunakan untuk komputasi digital. Dengan kata lain, Analog to Digital Converter atau Konverter Analog ke Digital ini memungkinkan rangkaian Digital berinteraksi dengan dunia nyata dengan menyandikan sinyal Analog ke sinyal Digital yang berbentuk Biner. Rangkaian ADC ini pada umumnya dikemas dalam bentuk IC dan diintegrasikan dengan Mikrokontroler.

Di dunia nyata, sinyal Analog yang berasal dari berbagai sumber dan sensor yang mengukur suara cahaya, gerakan dan suhu akan terus berubah nilai (kontinu) sehingga memberikan nilai yang berbeda dalam jumlah yang tak terbatas. Sedangkan rangkaian Digital di sisi lain bekerja dengan sinyal Biner yang hanya memiliki dua kondisi diskrit yaitu logika 0 (rendah) dan logika 1 (tinggi). Oleh karena itu, diperlukan sebuah rangkaian elektronika yang dapat mengubah dua domain yang berbeda dari sinyal analog yang kontinu menjadi sinyal digital yang diskrit. Rangkaian inilah yang kita sebut dengan Analog to Digital Converter (ADC) atau Konverter Analog ke Digital, Perangkat yang menjadi perantara untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal Digital agar dimengerti oleh mikrokontroler dan mikroprosesor.

P

Cara Kerja ADC (Analog to Digital Converter)

Jenis sinyal Analog dalam kehidupan kita sehari-hari dapat berupa suara, cahaya, suhu maupun gerakan. Sedangkan sinyal digital diwakili oleh urutan nilai diskrit di mana sinyal dipecah menjadi urutan yang bergantung pada deret waktu atau laju pengambilan sampel.

Urutan proses ADC dalam mengubah sinyal Analog menjadi sinyal Digital adalah mengambil sampel sinyal analog, mengukur dan mengubahnya menjadi nilai Digital yang berbentuk nilai Biner. Dengan demikian, ADC mengubah sinyal analog yang diterimanya menjadi data keluaran (output) yang berbentuk serangkaian nilai digital.

Ada dua faktor utama dalam ADC yang menjadi penentu keakuratan nilai digital yang dihasilkannya. Kedua faktor tersebut adalah Resolusi dan Sample Rate.

1. Resolusi

Sebagai contoh, apabila sinyal 1V diubah menjadi sinyal Digital dengan menggunakan ADC 3 bit, maka akan menghasilkan 8 tingkatan pembagian (23 = 8 atau dalam biner adalah 111). Dengan kata lain, terdapat 8 tingkatan untuk mencapai output 1V. Masing-masing satu tingkatan adalah 0,125V (1/8 = 0,125V). Jadi perubahan minimum dari ADC 3 bit untuk 1V ini adalah 0,125V atau 125mV setiap tingkatan.

Apabila kita menaikan Bit Rate yang lebih tinggi, maka akan mendapatkan hasil sinyal yang lebih presisi dan baik. Contoh, apabila 1V dikonversikan dengan Resolusi ADC yang menggunakan 6 bit maka setiap tingkatannya akan menjadi 0.0156V atau sekitar 15,6mV.

Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar dibawah ini :



2. Kecepatan Sampel (Sample Speed atau Sample Rate)

Jumlah sampel konversi dari analog ke digital yang dapat dibuat oleh konverter dalam setiap detik disebut dengan Kecepatan Sampel (Sample Speed atau Sample Rate). Sample Speed ini diukur dalam satuan S/s (Sample per Detik) atau SPS (Sample per Second).  Misalnya ADC yang bagus dapat memiliki sample rate atau rasio pengambilan sample hingga 300Ms/s (bisa dibaca menjadi 300 juta sampel per detik).

 

sumber : https://teknikelektronika.com/pengertian-adc-analog-to-digital-converter-cara-kerja-adc/

Selasa, 03 Agustus 2021

TRANSDUER

Pengertian Transducer dan Jenis-jenisnya

Pengertian Transducer dan Jenis-jenis Transduser

Pengertian Transducer (Transduser) dan Jenis-jenisnya – Transducer (Transduser) adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Bentuk-bentuk energi tersebut diantaranya seperti Energi Listrik, Energi Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan Energi Panas. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi ke energi lainnya dapat disebut sebagai Transduser (Transducer).


Jenis-jenis Transducer


Berdasarkan Fungsinya, Transduser terbagi menjadi 2 jenis yaitu Transduser Input dan Transder Output. Hampir semua perangkat Elektronika terdapat kedua jenis Transduser tersebut. Berikut ini adalah Blok Diagram sederhana dari Transduser Input ke Transduser Output.

Blok Diagram Transducer

Transduser Input (Input Transducer)

Transduser Input merupakan Transduser yang dapat mengubah energi fisik (physical energy) menjadi sinyal listrik ataupun Resistansi (yang kemudian juga dikonversikan ke tegangan atau sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat berbentuk Cahaya, Tekanan, Suhu maupun gelombang suara. Seperti contohnya Mikropon (Microphone), Mikropon dapat mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel listrik. Transduser Input sering disebut juga dengan Sensor.

Berikut ini beberapa Komponen Elektronika ataupun perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai Transduser Input.

– LDR (Light Dependent Resistor) mengubah Cahaya menjadi Resistansi (Hambatan)
– Thermistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi Resistansi (Hambatan)
– Variable Resistor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi Resistansi (Hambatan)
– Mikropon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik

Transduser Output (Output Transducer)

Transduser Output merupakan Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi bentuk energi fisik (Physical Energy). Seperti contohnya Loudspeaker, Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara yang dapat di dengar oleh manusia. Transduser Output sering disebut juga dengan istilah Actuator.

Beberapa Komponen Elektronika atau Perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai Transduser Output diantaranya adalah sebagai berikut :

– LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
– Lampu mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
– Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion)
– Heater mengubah listrik menjadi Panas
– Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara

Penggabungan Transduser Input dan Output

Banyak Perangkat Elektronika yang kita pergunakan saat ini adalah gabungan dari Transduser Input dan Transduser Output. Dalam Perangkat Elektronika yang dimaksud ini terdiri dari Sensor (Transduser Input) dan Actuator (Transduser Output) yang mengubah suatu bentuk Energi menjadi bentuk energi lainnya dan kemudian mengubahnya lagi menjadi bentuk energi yang lain. Seperti contohnya Pengukur Suhu Badan (Termometer) yang mengkonversikan atau mengubah suhu badan kita menjadi sinyal listrik (Transduser input = Sensor Suhu) kemudian diproses oleh Rangkaian Elektronika tertentu menjadi Angka atau Display yang dapat dibaca oleh kita (Transduser Output = Display).

Aplikasi Transduser

Berdasarkan Aplikasinya, Transduser dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :

  1. Transducer Electromagnetic, seperti Antenna, Tape Head/Disk Head, Magnetic Cartridge.
  2. Transducer Electrochemical, seperti Hydrogen Sensor, pH Probes.
  3. Transducer Electromechanical, seperti Rotary Motor, Potensiometer, Air flow sensor, Load cell.
  4. Transducer Electroacoustic, seperti Loadspeaker, Earphone, Microphone, Ultrasonic Transceiver.
  5. Transducer Electro-optical, seperti Lampu LED, Dioda Laser, Lampu Pijar, Tabung CRT.
  6. Transducer Thermoelectric, seperti komponen NTC dan PTC, Thermocouple.

sumber : https://teknikelektronika.com/pengertian-transducer-jenis-jenis-transduser/

SEKOLAH KEDINASAN

Pengertian Sekolah Kedinasan Hal pertama yang perlu kamu ketahui bahwa sekolah kedinasan, sekolah ikatan dinas, dan perguruan tinggi kedinas...